Tahun Ajaran 2025/2026: Fokus pada Literasi dan Numerasi

Tahun Ajaran 2025/2026: Fokus pada Literasi dan Numerasi – Memasuki tahun ajaran 2025/2026, dunia pendidikan Indonesia menghadapi babak baru yang penuh harapan dan tantangan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa fokus utama tahun ini adalah peningkatan literasi dan numerasi di semua jenjang pendidikan. Langkah ini bukan hanya sekadar program rutin, tetapi merupakan upaya strategis untuk memperkuat pondasi kemampuan dasar siswa di tengah derasnya perubahan zaman.

Di era digital yang semakin kompleks, kemampuan membaca, menulis, dan berhitung menjadi lebih penting dari sebelumnya. Literasi dan numerasi bukan sekadar kemampuan akademis, melainkan kunci agar generasi muda mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan cepat terhadap tantangan masa depan.

Apa Itu Literasi dan Numerasi?

Literasi bukan hanya kemampuan membaca teks, tetapi juga memahami, menafsirkan, dan menggunakan informasi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Literasi mencakup berbagai aspek—mulai dari literasi digital, literasi sains, hingga literasi finansial—yang semuanya dibutuhkan agar seseorang dapat berpartisipasi aktif dalam masyarakat modern.

Sementara itu, numerasi mencakup kemampuan memahami angka, pola, dan konsep matematika dasar. Numerasi penting untuk mengembangkan logika berpikir dan pengambilan keputusan berdasarkan data, bukan sekadar insting. Dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari, kemampuan numerasi menentukan seberapa baik seseorang dapat merencanakan, menganalisis, dan menilai situasi dengan cermat.

Mengapa Fokus pada Literasi dan Numerasi?

Beberapa hasil survei internasional seperti PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia masih perlu ditingkatkan. Hasil ini menjadi bahan refleksi nasional agar sistem pendidikan lebih berorientasi pada penguatan kemampuan dasar, bukan hanya hafalan atau pencapaian nilai semata.

Selain itu, pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu sempat memperlebar learning gap antara siswa di perkotaan dan pedesaan. Oleh karena itu, fokus literasi dan numerasi pada tahun ajaran 2025/2026 diharapkan dapat mengembalikan sekaligus memperkuat kualitas pembelajaran yang sempat terdampak.

Implementasi di Sekolah: Kurikulum dan Strategi Baru

Dalam kebijakan Merdeka Belajar, setiap sekolah kini diberi ruang lebih luas untuk merancang kurikulum sesuai kebutuhan peserta didik. Pada tahun ajaran 2025/2026, pendekatan pembelajaran akan semakin menekankan pemahaman konsep daripada sekadar penyelesaian soal.

Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran aktif, bukan sekadar pemberi materi. Misalnya, di bidang literasi, siswa diajak untuk membaca buku nonteks pelajaran, menulis opini pribadi, hingga menganalisis artikel dari berbagai sumber. Di sisi lain, pembelajaran numerasi diarahkan agar siswa memahami penerapan matematika dalam kehidupan nyata—seperti menghitung keuangan pribadi, memahami statistik sederhana, atau menganalisis grafik data.

Selain itu, teknologi pendidikan (edtech) juga menjadi bagian penting dari strategi pembelajaran baru. Aplikasi belajar interaktif, permainan edukatif, hingga simulasi digital kini semakin banyak digunakan untuk membuat kegiatan belajar lebih menarik dan relevan bagi generasi Z dan Alpha.

Peran Guru dan Orang Tua

Keberhasilan program literasi dan numerasi tidak bisa hanya bergantung pada sekolah. Guru dan orang tua harus bersinergi dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.

Guru diharapkan terus meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan dan kolaborasi antar-sekolah. Sementara itu, orang tua memiliki peran vital untuk membiasakan anak membaca di rumah, berdiskusi ringan, atau mengajak anak menghitung hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan kecil seperti membaca bersama setiap malam atau mengatur uang jajan dapat menjadi cara efektif menanamkan literasi dan numerasi sejak dini.

Program Nasional Pendukung

Untuk mendukung fokus tahun ini, Kemendikbudristek meluncurkan beberapa inisiatif seperti:

  • Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang mendorong setiap sekolah memiliki waktu khusus untuk membaca dan menulis.

  • Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai alat ukur nasional kemampuan literasi dan numerasi siswa, menggantikan sistem ujian berbasis hafalan.

  • Kampanye Literasi Digital yang mengajarkan siswa untuk bijak menggunakan teknologi dan memahami informasi di internet.

  • Kemitraan dengan Dunia Usaha dan Komunitas, guna menghadirkan program literasi praktis seperti pelatihan keuangan dasar atau logika bisnis sederhana.

Program-program tersebut diharapkan bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah-daerah yang masih menghadapi keterbatasan sumber daya pendidikan.

Tantangan di Lapangan

Meski arah kebijakan sudah jelas, implementasinya masih menghadapi sejumlah tantangan. Kesenjangan fasilitas antar daerah, keterbatasan buku bacaan berkualitas, hingga rendahnya motivasi membaca di kalangan pelajar menjadi hambatan nyata.

Namun, optimisme tetap tinggi. Banyak sekolah mulai berinovasi—membentuk klub baca, mengadakan lomba menulis, hingga mengajak komunitas lokal untuk menjadi “mentor literasi.” Di beberapa daerah, guru matematika bekerja sama dengan pengusaha kecil untuk memperkenalkan numerasi dalam konteks nyata, seperti menghitung laba rugi atau menentukan harga jual produk.

Menuju Generasi Melek Literasi dan Numerasi

Tahun ajaran 2025/2026 bukan sekadar pergantian kalender akademik, tetapi langkah besar menuju transformasi pendidikan Indonesia. Dengan fokus yang tepat, anak-anak Indonesia diharapkan tumbuh menjadi generasi yang melek literasi, numerasi, dan teknologi, serta siap menghadapi dunia kerja yang menuntut kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Jika sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat dapat berjalan beriringan, bukan tidak mungkin Indonesia akan melahirkan generasi emas yang mampu membawa perubahan nyata di masa depan.

Kesimpulan

Fokus pada literasi dan numerasi di tahun ajaran 2025/2026 adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa. Dengan membangun kemampuan dasar yang kuat, pendidikan Indonesia akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh menghadapi dinamika kehidupan modern.

Karena pada akhirnya, literasi bukan hanya tentang membaca buku, dan numerasi bukan hanya tentang menghitung angka — melainkan tentang memahami dunia dan membuat keputusan yang lebih baik untuk masa depan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top