Kurikulum Merdeka di Tahun Ajaran 2025/2026: Apa yang Berubah?

Kurikulum Merdeka di Tahun Ajaran 2025/2026: Apa yang Berubah? – Pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dunia kerja yang dinamis. Salah satu inovasi besar dalam dunia pendidikan adalah penerapan Kurikulum Merdeka, yang kini memasuki tahap penyempurnaan untuk tahun ajaran 2025/2026.

Kurikulum ini menjadi langkah strategis pemerintah untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih fleksibel, relevan, dan berorientasi pada pengembangan karakter serta keterampilan abad ke-21. Namun, apa saja yang sebenarnya berubah dari implementasi Kurikulum Merdeka terbaru ini?


1. Fleksibilitas Belajar yang Lebih Luas

Salah satu ciri khas Kurikulum Merdeka sejak awal adalah memberikan kebebasan bagi sekolah dan guru dalam mengatur pembelajaran. Pada tahun ajaran 2025/2026, fleksibilitas ini semakin diperkuat.

Sekolah diberikan ruang lebih besar untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik dan potensi daerah. Guru tidak lagi terikat secara kaku oleh dokumen kurikulum, melainkan dapat menyusun rencana pembelajaran berdasarkan capaian kompetensi yang ingin dicapai.

Selain itu, sistem modul ajar digital akan diperbarui agar lebih mudah diakses oleh guru di seluruh Indonesia. Platform digital pendidikan juga diperluas agar lebih interaktif dan kolaboratif.


2. Penguatan pada Proyek Profil Pelajar Pancasila

Proyek Profil Pelajar Pancasila menjadi jantung dari Kurikulum Merdeka. Di tahun ajaran 2025/2026, fokusnya akan lebih mendalam pada penguatan karakter dan pembelajaran kontekstual.

Tema proyek akan lebih beragam dan relevan dengan isu-isu global, seperti perubahan iklim, literasi digital, kewirausahaan, dan keberagaman budaya lokal.
Setiap sekolah diberi kebebasan untuk mengaitkan tema proyek dengan kondisi lingkungan sekitar. Misalnya, sekolah di daerah pesisir dapat mengembangkan proyek tentang pelestarian ekosistem laut, sementara sekolah di perkotaan dapat mengangkat tema pengelolaan sampah digital.


3. Evaluasi Belajar yang Lebih Humanis

Sistem penilaian dalam Kurikulum Merdeka tahun ajaran 2025/2026 juga mengalami perubahan. Evaluasi tidak hanya berfokus pada nilai angka atau ujian semata, tetapi juga menilai proses, karakter, dan kreativitas peserta didik.

Guru diarahkan untuk menggunakan asesmen formatif dan sumatif yang lebih beragam, seperti:

  • Portofolio karya siswa

  • Refleksi belajar

  • Proyek kolaboratif

  • Umpan balik kualitatif yang membangun

Dengan sistem ini, siswa diharapkan lebih termotivasi untuk belajar karena keingintahuan, bukan karena tekanan nilai.


4. Mata Pelajaran yang Lebih Integratif dan Relevan

Kurikulum Merdeka 2025/2026 membawa perubahan pada struktur mata pelajaran agar lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Pendekatan tematik dan integratif kembali ditekankan, terutama di jenjang SD dan SMP. Beberapa mata pelajaran yang dianggap tumpang tindih kini digabung dalam satu rumpun pembelajaran.

Selain itu, diperkenalkan pula mata pelajaran pilihan atau minat (elective) di jenjang SMA/SMK. Misalnya, siswa yang tertarik pada teknologi dapat memilih modul seperti “Pemrograman Dasar” atau “Desain Digital”, sedangkan siswa yang berminat di bidang seni dapat mengambil “Eksplorasi Visual” atau “Musik Modern.”


5. Digitalisasi Pembelajaran yang Lebih Matang

Tahun ajaran 2025/2026 akan menjadi momentum penting bagi integrasi teknologi dalam pendidikan. Kurikulum Merdeka versi terbaru memperkuat literasi digital guru dan siswa, serta memperluas penggunaan platform pembelajaran daring nasional.

Pemerintah juga berupaya memastikan akses merata ke infrastruktur digital di seluruh Indonesia. Sekolah di daerah terpencil akan mendapatkan dukungan perangkat dan jaringan agar tidak tertinggal dari wilayah lain.

Selain itu, setiap guru didorong untuk memanfaatkan AI dan alat digital edukatif untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan personal.
Contohnya, sistem pembelajaran adaptif dapat menyesuaikan tingkat kesulitan materi sesuai kemampuan siswa.


6. Peran Guru sebagai Fasilitator, Bukan Sekadar Pengajar

Perubahan besar lainnya adalah pada peran guru dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi hanya berperan sebagai sumber utama pengetahuan, tetapi sebagai fasilitator dan pembimbing.

Dalam pendekatan ini, guru diharapkan mampu:

  • Mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mandiri.

  • Menjadi mentor dalam eksplorasi proyek nyata.

  • Menciptakan suasana belajar yang kolaboratif dan menyenangkan.

Pelatihan guru juga menjadi prioritas utama di tahun ajaran 2025/2026, terutama dalam hal perencanaan proyek, asesmen otentik, dan pemanfaatan teknologi.


7. Penekanan pada Kesejahteraan dan Keseimbangan Belajar

Salah satu masalah klasik dalam dunia pendidikan adalah beban belajar yang terlalu berat. Kurikulum Merdeka 2025/2026 berupaya mengatasi hal ini dengan menyeimbangkan antara pembelajaran akademik dan kesejahteraan mental siswa.

Sekolah diminta untuk:

  • Mengatur jam belajar yang lebih proporsional.

  • Memberikan waktu bagi siswa untuk beristirahat dan bereksplorasi.

  • Menerapkan kegiatan non-akademik seperti olahraga, seni, dan kegiatan sosial.

Tujuannya agar siswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat secara emosional dan sosial.


8. Integrasi Dunia Kerja di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Bagi sekolah kejuruan, Kurikulum Merdeka 2025/2026 menghadirkan perubahan signifikan.
Program link and match dengan industri diperluas agar lulusan SMK lebih siap kerja dan berdaya saing global.

Siswa akan memperoleh kesempatan lebih besar untuk:

  • Magang di dunia industri.

  • Mengikuti proyek berbasis kebutuhan pasar kerja.

  • Mendapatkan sertifikasi kompetensi sesuai bidangnya.

Kurikulum ini dirancang agar lulusan SMK tidak hanya menjadi pekerja, tetapi juga memiliki jiwa wirausaha.


Kesimpulan

Kurikulum Merdeka di tahun ajaran 2025/2026 merupakan langkah penting dalam transformasi pendidikan Indonesia.
Dengan fleksibilitas belajar, penilaian yang lebih manusiawi, serta penguatan karakter dan teknologi, sistem ini berupaya menciptakan generasi yang mandiri, kreatif, dan siap menghadapi tantangan global.

Meski masih akan terus disempurnakan, arah perubahan ini menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia tengah bergerak ke arah yang lebih adaptif dan berkelanjutan.
Guru, siswa, dan orang tua perlu berkolaborasi agar semangat “Merdeka Belajar” benar-benar menjadi budaya di setiap ruang kelas.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top